Cabang olahraga lempar seperti tombak (javelin), cakram (discus), peluru (shot put) dan palu (hammer) kembali mencuri perhatian di musim 2025 melalui sejumlah acara besar dan catatan mencolok. Salah satu berita utama datang dari acara Neeraj Chopra Classic 2025 yang digelar di Bengaluru, India, di mana juara Olimpiade Neeraj Chopra berhasil meraih medali emas dengan lemparan 86,18 m di nomor lempar tombak. Acara ini sangat penting karena menjadi salah satu upaya strategis untuk membangun basis kejuaraan lempar internasional di India dan menarik atlet udara dunia ke negeri tersebut.
Tidak hanya prestasi atlet, muncul pula kontroversi yang menarik perhatian di nomor lempar cakram. Di Continental Tour Bronze Ramona, Amerika Serikat, atlet-atlet melempar cakram mencetak lemparan luar biasa — termasuk Mykolas Alekna dengan 75,56 m — namun muncul diskusi serius soal “weather doping” atau keunggulan yang diperoleh oleh hembusan angin di venue Ramona, Oklahoma. Banyak pihak menilai bahwa kondisi angin kuat yang memfavoritkan lemparan jauh seharusnya diatur agar hasil tetap adil dan bisa dibandingkan secara global.
Sementara itu, di ajang European Throwing Cup 2025 yang berlangsung di Nicosia, Siprus, para atlet dari seluruh Eropa bersiap memperebutkan gelar dalam berbagai nomor lempar. Event ini menjadi tolok ukur awal musim bagi para penglempar senior dan U23, menandakan bahwa cabang lempar terus mendapat perhatian dan menjadi bagian penting dari kalender atletik internasional. Hal ini juga menandakan bahwa kapasitas kompetisi semakin meningkat di luar nomor lari dan lompat yang biasa mendapat sorotan utama.
Secara keseluruhan, perkembangan di dunia lempar atletik saat ini menunjukkan dua tren besar: pertama, peningkatan event internasional di lokasi yang sebelumnya kurang dikenal — seperti India maupun Siprus — yang menunjukkan globalisasi cabang ini; kedua, muncul tantangan regulasi terkait kondisi eksternal seperti angin dan venue yang memengaruhi hasil lemparan. Bagi pengamat dan penggemar atletik, penting untuk mengikuti tidak hanya hasil angka lemparan, tetapi juga konteks di baliknya — termasuk venue, kondisi cuaca, dan regulasi yang berlaku agar hasil dapat dievaluasi dengan adil.
