Dunia olahraga tengah menyaksikan perubahan signifikan dalam regulasi dan kepemimpinan organisasi. IOC (Komite Olimpiade Internasional) baru‑baru ini membentuk working group khusus untuk melindungi kategori olahraga wanita serta mengeksplorasi peluang komersial yang adil di masa depan, sebagai respons terhadap berbagai kontroversi terkait kelayakan gender di beberapa cabang olahraga. Sementara itu, di cabang tinju, organisasi baru bernama World Boxing memperoleh pengakuan sementara dari IOC dan mengambil alih tanggung jawab ajang tinju internasional, sehingga tinju kembali akan dipertandingkan di Olimpiade Los Angeles 2028.
Di ranah olahraga tim, NFL mengumumkan langkah strategis dengan meluncurkan liga profesional flag football untuk pria dan wanita menjelang Olimpiade 2028, di mana cabang tersebut akan debut sebagai olahraga Olimpiade. Gagasan ini sekaligus menjadi cara untuk menarik minat generasi muda dan memperluas jangkauan olahraga ke negara‑negara yang belum familiar dengan American football. Di sisi lain, kriket juga menarik perhatian dunia dengan kembalinya ICC Champions Trophy pada 2025 setelah vakum, sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali turnamen prestisius dalam format yang lebih segar.
Beberapa negara juga aktif menyiapkan diri sebagai tuan rumah event olahraga besar. Jakarta, misalnya, telah mempersiapkan kota ini menjadi pusat penyelenggaraan sejumlah event nasional dan internasional sepanjang tahun 2025. Pemerintah provinsi setempat menyatakan bersedia menerima relokasi event dari daerah lain jika diperlukan, dan kini Jakarta juga menyambut Jakarta International Golf Championship serta Jakarta Running Festival yang diperkirakan akan menarik lebih dari 27.000 peserta. Pergeseran dan penambahan kapasitas dalam event besar tersebut menunjukkan bahwa kota metropolitan ingin mengambil peran lebih aktif dalam ekosistem olahraga nasional.
Namun, sisi gelap tetap muncul. Sebuah insiden serius terjadi dalam kejuaraan atletik Asia di Gumi, Korea Selatan: dua atlet Iran dan pelatihnya ditangkap atas tuduhan pemerkosaan kelompok terhadap seorang perempuan berusia 20 tahun. Kasus ini mengundang kecaman internasional dan sorotan terhadap pengawasan perilaku tim pengiring di event olahraga besar. Kejadian seperti ini menjadi pengingat bahwa olahraga tidak lepas dari isu sosial dan etika—selain prestasi dan regulasi teknis, aspek keamanan, etika dan reputasi harus dijaga secara serius oleh semua pihak.
Jika kamu mau, aku bisa buat versi lokal (Indonesia, negara kamu) agar lebih relevan — mau aku cari berita terbaru dari wilayahmu?