Juara Dunia Formula 1

Juara Dunia Formula 1 2024 adalah Max Verstappen dari tim Red Bull Racing. Pembalap asal Belanda ini berhasil meraih gelar keempatnya setelah finis kelima di Grand Prix Las Vegas, mengunci gelar dengan keunggulan yang cukup signifikan. Verstappen menjadi pembalap keenam dalam sejarah F1 yang meraih empat gelar dunia, mengikuti jejak legenda seperti Michael Schumacher dan Lewis Hamilton

Meskipun Verstappen mendominasi musim dengan sembilan kemenangan, tim Red Bull Racing gagal mempertahankan gelar Konstruktor. Kekalahan ini disebabkan oleh performa Sergio Pérez yang kurang konsisten, sehingga Red Bull hanya finis ketiga dalam klasemen konstruktor. Sebaliknya, McLaren berhasil merebut gelar Konstruktor pertama mereka sejak 1998, berkat penampilan impresif Lando Norris dan Oscar Piastri .

Lando Norris tampil luar biasa sepanjang musim 2024, meraih empat kemenangan dan beberapa podium lainnya. Meskipun begitu, ia harus puas finis sebagai runner-up di klasemen pembalap, kalah dari Verstappen yang lebih konsisten. Norris menunjukkan potensi besar untuk menjadi juara dunia di masa depan, apalagi dengan dukungan tim McLaren yang semakin kompetitif.

Dengan berakhirnya musim 2024, Verstappen menegaskan dominasinya di F1, sementara McLaren menunjukkan kebangkitan yang mengesankan. Musim 2025 diprediksi akan semakin menarik dengan persaingan ketat antara tim-tim papan atas dan pembalap muda berbakat yang siap merebut gelar juara dunia.

Tentu! Berikut adalah artikel tentang petinju yang telah menjadi juara dunia pada tahun 2025 dan meraih status sebagai idola dunia

Pada tahun 2025, dunia tinju menyaksikan kebangkitan beberapa petinju yang tidak hanya unggul di atas ring, tetapi juga berhasil merebut hati penggemar di seluruh dunia. Salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Naoya Inoue, petinju asal Jepang yang dikenal dengan julukan “Monster“. Pada bulan Mei 2025, Inoue berhasil mempertahankan gelar juara dunia kelas super bantamweight dengan mengalahkan Ramon Cardenas di T-Mobile Arena, Las Vegas. Kemenangan ini menambah panjang daftar prestasinya dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu petinju terbaik dunia.

Selain prestasi di atas ring, Inoue juga dikenal karena sikap rendah hati dan dedikasinya terhadap olahraga. Hal ini membuatnya tidak hanya dihormati oleh sesama petinju, tetapi juga menjadi idola bagi banyak penggemar tinju di seluruh dunia. Kombinasi antara kemampuan teknis yang luar biasa dan kepribadian yang menginspirasi menjadikan Inoue sebagai contoh teladan bagi generasi muda yang ingin menekuni dunia olahraga.

Di sisi lain, Gabriela Fundora dari Amerika Serikat juga mencatatkan sejarah pada tahun 2025. Pada usia 22 tahun, Fundora menjadi juara dunia kelas terbang wanita dengan meraih gelar juara dunia empat sabuk (WBA, WBC, IBF, WBO) pada November 2024. Keberhasilannya ini menjadikannya sebagai juara dunia termuda dalam sejarah tinju wanita.

Prestasi Fundora tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai petinju top dunia, tetapi juga menjadikannya sebagai panutan bagi banyak wanita muda yang bercita-cita tinggi. Dengan tekad dan kerja keras, Fundora membuktikan bahwa batasan gender tidak menghalangi seseorang untuk mencapai puncak prestasi. Kisah suksesnya menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.

Berikut adalah artikel tentang atlet yang telah meraih gelar juara dunia dalam pencak silat

Pencak silat, seni bela diri tradisional Indonesia, terus menunjukkan eksistensinya di kancah internasional melalui prestasi para atletnya. Salah satu contoh gemilang adalah Safira Dwi Meilani, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), yang berhasil meraih medali emas di ajang 19th World Pencak Silat Championship 2022 di Malaysia. Dalam pertandingan final, Safira mengalahkan pesilat asal Vietnam, Nguyen Thai Mai Lan, di nomor tanding kelas B, mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional .

Selain Safira, Puspa Arumsari juga mencatatkan prestasi luar biasa dalam dunia pencak silat. Pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2016 di Denpasar, Indonesia, Puspa meraih medali emas di nomor tunggal putri. Ia kembali menorehkan prestasi dengan meraih medali emas di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, menjadi atlet pertama yang memenangkan medali emas untuk Indonesia di cabang pencak silat pada ajang tersebut

Dalam ajang internasional lainnya, Muhammad Iqbal Abdul Rahman dari Singapura juga menunjukkan kehebatannya. Pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2018 di Singapura, Iqbal berhasil meraih medali emas di nomor tunggal putra. Prestasinya ini menambah daftar panjang keberhasilan Singapura di dunia pencak silat, termasuk medali emas pertamanya di SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam .

Keberhasilan para atlet ini tidak hanya menunjukkan tingginya kualitas pencak silat Indonesia dan Singapura, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berlatih dan mengembangkan diri dalam seni bela diri tradisional ini. Dengan dukungan yang terus menerus, pencak silat diharapkan dapat terus berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Belum Main Lawan China, Rangking FIFA Indonesia Naik Satu Tingkat

Rizky Ridho berusaha menjauh dari kejaran pemain Bahrain  (25/3/2025) (foto:timnas Indonesia)

Indonesia mendapatkan kenaikan satu tingkat di ranking FIFA menjelang laga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Round 3. Indonesia yang mengoleksi 11142,92 poin naik dari rangking 123 ke 122 FIFA menggeser negara asal Afrika, Niger. 

Berdasarkan pembaharuan harian dari laman football-ranking.com, kenaikan ranking FIFA Indonesia disebabkan Niger mendapatkan pengurangan 1,67 poin. Niger menderita kekalahan 4-1 dari oman pada pertandingan persahabatan di luar kalender FIFA yang digelar pada Selasa 20 Mei 2025 di Stadion Sultan Qabos, Muscat. Niger kini turun satu tingkat ke ranking 123 dengan 1141,57 poin. 

Indonesia sendiri akan mendapatkan kenaikan ranking secara drastis jika mampu mengalahkan China (dan Jepang). Kemenangan atas China akan memberikan tambahan 15,05 poin, seri 2,55 poin sedangkan kekalahan akan mengurangi poin FIFA Indonesia sebanyak 9,95 poin.

 Indonesia dijadwalkan menghadapi China pada Kamis 5 Juni 2025 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta

Adrian Newey Resmi Bergabung dengan Aston Martin, Era Baru Dimulai di Formula 1

Foto adrian newey menggunakan Jersey Asthon Martin Formula 1 (Sumber : Ig @asthonmrtinf1 )

Adrian Newey, salah satu insinyur paling berpengaruh dalam sejarah Formula 1, resmi bergabung dengan Aston Martin mulai musim 2025.  Setelah hampir dua dekade bersama Red Bull Racing, Newey kini menjabat sebagai Managing Technical Partner sekaligus pemegang saham di tim berbasis Silverstone tersebut.  Kehadirannya diharapkan membawa Aston Martin menjadi penantang serius dalam era regulasi baru yang dimulai pada 2026. 

Keputusan Newey untuk meninggalkan Red Bull dipengaruhi oleh ketegangan internal, termasuk hubungan yang memburuk dengan Team Principal Christian Horner.  Meskipun Ferrari sempat menjadi kandidat kuat, Newey memilih Aston Martin karena tim ini menawarkan otonomi penuh, peran kepemilikan, dan kebebasan teknis yang tidak diberikan oleh tim lain.  Ferrari, misalnya, menolak permintaan Newey untuk memiliki wewenang dalam merekrut dan memberhentikan staf teknis serta hak veto atas kemitraan teknis tim.

Meskipun Newey mulai bekerja pada Maret 2025, dampak signifikan dari kehadirannya diperkirakan akan terlihat pada musim 2026.  Aston Martin telah berinvestasi besar dalam infrastruktur, termasuk pembangunan terowongan angin canggih dan fasilitas teknik baru, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menjadi tim papan atas. 

Kehadiran Newey juga disambut antusias oleh pembalap utama Aston Martin, Fernando Alonso.  Alonso melihat ini sebagai peluang besar untuk kembali bersaing di papan atas dan meraih kemenangan ke-33 dalam kariernya.  Ia menyatakan bahwa bekerja dengan Newey adalah kesempatan luar biasa yang dapat menghidupkan kembali harapannya untuk meraih gelar juara dunia.  

Foto adrian newey menggunakan Jersey Asthon Martin Formula 1 (Sumber :  Ig @asthonmrtinf1 )

Newey menandatangani kontrak lima tahun dengan nilai sekitar £30 juta per tahun, menjadikannya salah satu tokoh dengan bayaran tertinggi di Formula 1, hanya di bawah pembalap seperti Max Verstappen dan Lewis Hamilton.  Selain itu, ia juga menjadi pemegang saham di Aston Martin, menunjukkan komitmen jangka panjangnya terhadap tim.  

Meskipun musim 2025 belum menunjukkan peningkatan signifikan, Aston Martin tetap optimis.  Team Principal Andy Cowell menekankan pentingnya kerja tim dan kolaborasi untuk mencapai kesuksesan.  Ia mengibaratkan tim memiliki “dua Messi” dalam diri Alonso dan Newey, namun tetap membutuhkan dukungan dari seluruh anggota tim untuk meraih kemenangan.

Dengan kombinasi pengalaman, inovasi, dan investasi besar, Aston Martin berharap dapat bersaing di level tertinggi Formula 1 dalam waktu dekat.

Hingga tahun 2025, dunia wushu internasional telah menyaksikan berbagai atlet yang meraih gelar juara dunia dan menjadi panutan dalam olahraga ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Wong Weng Son (Malaysia)
Wong Weng Son adalah salah satu atlet wushu paling berprestasi dari Malaysia. Pada Kejuaraan Dunia Wushu 2023 di Fort Worth, Amerika Serikat, ia meraih medali emas di nomor changquan serta medali perak di jianshu dan qiangshu, menjadikannya salah satu dari tiga atlet yang meraih tiga medali di kompetisi tersebut. Setelah itu, ia memenangkan medali emas di Taolu World Cup 2024 di nomor jianshu dan medali perunggu di changquan. Setelah kompetisi tersebut, Wong mengumumkan pensiun dari dunia wushu.

2. Edgar Xavier Marvelo (Indonesia)
Edgar Xavier Marvelo adalah atlet wushu taolu dari Indonesia yang telah meraih tiga gelar juara dunia serta medali di Asian Games dan SEA Games. Prestasinya di Kejuaraan Dunia Wushu 2023 di Fort Worth, Amerika Serikat, semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu atlet terbaik dunia dalam wushu taolu.

3. Mohsen Mohammadseifi (Iran)
Mohsen Mohammadseifi adalah atlet wushu asal Iran yang telah meraih lima medali emas Kejuaraan Dunia Wushu antara tahun 2011 dan 2019. Selain itu, ia juga memenangkan medali emas di Asian Games 2010 dan 2014. Setelah pensiun dari kompetisi, ia diangkat sebagai kepala Dewan Wushu di kota Zanjan, Iran.

4. Tan Xiang Tian (Singapura)
Tan Xiang Tian adalah atlet wushu asal Singapura yang memenangkan gelar juara dunia di nomor xingyiquan pada Kejuaraan Dunia Wushu 2015 di Jakarta, Indonesia. Kemenangannya menjadikannya sebagai juara dunia wushu ketiga dari Singapura.

Keempat atlet ini tidak hanya meraih gelar juara dunia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam dunia wushu internasional. Prestasi mereka menunjukkan dedikasi dan kerja keras yang tinggi dalam mengembangkan olahraga wushu di tingkat global.

Pada tahun 2025, dunia olahraga dayung Indonesia menyaksikan prestasi luar biasa dari para atlet muda yang tidak hanya meraih medali, tetapi juga menjadi inspirasi dan idola bagi banyak orang. Berikut adalah beberapa atlet dayung yang telah mencatatkan prestasi gemilang:

Arip Purnama – Juara Dunia Stand Up Paddle Sprint Junior

Arip Purnama, atlet muda asal Karawang, Jawa Barat, mencatatkan sejarah dengan meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Stand Up Paddle (SUP) 2023 yang diselenggarakan oleh International Canoe Federation (ICF) di Pattaya, Thailand. Pada nomor Sprint Junior Men 200 meter, Arip mencatatkan waktu 54,32 detik, mengalahkan pesaing dari Prancis dan Yunani. Keberhasilannya ini menjadikannya sebagai juara dunia termuda dari Indonesia dalam cabang SUP.

Aidah Sitianingsih – Peraih Perunggu Dunia SUP

Aidah Sitianingsih, atlet dayung asal Bogor, juga menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia SUP 2023. Pada nomor Women Inflatable 5 km, Aidah mencatatkan waktu 46 menit 5,08 detik, mengalahkan atlet dari berbagai negara. Keberhasilannya ini menambah koleksi prestasi Indonesia di ajang internasional.

Mutiara Rahma Putri – Bintang Dayung Indonesia

Mutiara Rahma Putri, atlet dayung asal Jambi, telah menunjukkan konsistensi dan dedikasinya dalam olahraga dayung. Pada usia 17 tahun, Mutiara berhasil meraih medali perunggu di nomor Lightweight Double Sculls pada Olimpiade Tokyo 2020. Selain itu, ia juga meraih medali perunggu di Asian Games 2022 dan beberapa medali perak di SEA Games. Prestasinya menjadikannya sebagai salah satu atlet muda yang patut diperhitungkan di dunia dayung internasional.

La Memo – Harapan Baru Dayung Indonesia

La Memo, atlet dayung asal Papua, menjadi sorotan setelah berhasil lolos ke Olimpiade Paris 2024. Dengan semangat juang yang tinggi dan prestasi yang terus meningkat, La Memo menjadi simbol kebangkitan olahraga dayung Indonesia. Ia diharapkan dapat membawa pulang medali dari ajang bergengsi tersebut dan menginspirasi generasi muda untuk berprestasi di bidang olahraga.

Keberhasilan para atlet ini tidak hanya menambah koleksi prestasi Indonesia di ajang internasional, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Dengan dedikasi dan kerja keras, mereka membuktikan bahwa usia muda bukan halangan untuk meraih prestasi gemilang.

Pada tahun 2025, dunia judo menyaksikan sejumlah atlet yang menonjol berkat prestasi luar biasa mereka di ajang internasional. Berikut adalah beberapa judoka terbaik yang mencuri perhatian sepanjang tahun ini:

1. Uta Abe (Jepang) – Kategori 52 kg Putri

Uta Abe terus mendominasi dunia judo dengan meraih gelar juara dunia keempat pada Kejuaraan Dunia Judo 2023 di Doha, Qatar. Selain itu, ia juga memenangkan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 dan medali perak di Olimpiade Paris 2024 dalam kategori beregu campuran. Dengan konsistensi dan teknik yang luar biasa, Abe tetap menjadi salah satu judoka paling dominan di dunia.

2. Zelym Kotsoiev (Azerbaijan) – Kategori 100 kg Putra

Zelym Kotsoiev meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024 dan Kejuaraan Dunia Judo 2024 di Abu Dhabi, UEA. Atlet kelahiran Ossetia Utara ini juga mencatatkan diri sebagai juara Eropa 2023. Dengan teknik yang kuat dan mental baja, Kotsoiev menjadi salah satu judoka paling menonjol di kelas berat menengah.Wikipedia

3. Ryoma Tanaka (Jepang) – Kategori 66 kg Putra

Ryoma Tanaka memenangkan medali emas di Kejuaraan Dunia Judo 2024 di Abu Dhabi, UEA. Selain itu, ia juga meraih medali emas di Grand Slam Paris 2021 dan medali perunggu di Grand Slam Paris 2022. Tanaka dikenal dengan teknik yang cepat dan agresif, menjadikannya sebagai salah satu judoka muda yang menjanjikan di kelas menengah.

4. Diyora Keldiyorova (Uzbekistan) – Kategori 52 kg Putri

Diyora Keldiyorova membuat sejarah dengan meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024, menjadi wanita pertama dari Uzbekistan yang memenangkan medali emas di judo Olimpiade. Selain itu, ia juga meraih medali perak di Kejuaraan Dunia Judo 2023 dan 2024. Keldiyorova dikenal dengan teknik yang solid dan mental yang kuat, menjadikannya sebagai salah satu judoka terbaik di dunia

Keempat judoka ini menunjukkan dedikasi dan prestasi luar biasa di tahun 2025, mengukir nama mereka dalam sejarah judo dunia.

Malaysia Rajai Ganda Putra Dunia, Herry IP Buktikan Jadi Arsitek Juara

Herry IP mengantarkan All Malaysian Final di Malaysia Masters 2025 sektor ganda putra (Sumber: bacakoran.co)

Dunia badminton dikejutkan oleh tongkat estafet kepemimpinan yang berpindah dari Eropa ke Asia Tenggara. Pasangan Malaysia, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin, berhasil merangsek ke peringkat satu dunia per 27 Mei 2025, menandai momen bersejarah setelah delapan tahun lamanya Negeri Jiran tidak mencicipi posisi teratas ganda putra BWF.

Keberhasilan ini bukan sekadar angka dalam ranking, tetapi cermin dari revolusi kepelatihan yang dialami sektor ganda putra Malaysia. Goh/Izzuddin bukan sekadar atlet, mereka adalah produk dari sistem pelatihan dan kemandirian. Malaysia kini memetik buahnya secara nyata, berkat tangan dingin Herry Iman Pierngadi, legenda kepelatihan asal Indonesia.

Sosok Herry IP, yang sebelumnya adalah arsitek kejayaan ganda putra Indonesia, kini justru menjadi mesin penggerak kejayaan musuh bebuyutan di regional, Malaysia. Di bawah asuhannya, pasangan ganda Malaysia tidak hanya bermain solid, tetapi juga disiplin secara taktik dan dewasa dalam menyikapi tekanan pertandingan besar.

Di sisi lain, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang dulu anak emas Herry IP di pelatnas Cipayung, terjebak dalam stagnasi yang berkepanjangan. Tertahan di peringkat kelima dunia dengan 81.034 poin, mereka seperti kehilangan arah permainan dan ritme kompetitif yang konsisten. Ironisnya, saat Herry IP berjaya di negeri tetangga, ganda putra Indonesia justru mengalami kebuntuan prestasi. Kepelatihan dalam negeri seolah kehilangan figur sentral yang mampu merajut komunikasi teknis dan emosional dengan para atlet.

Dominasi Malaysia kini bukan kebetulan, melainkan hasil investasi dan keberanian mereka mempercayakan pembinaan ganda putra kepada pelatih asing yang telah terbukti sukses. Herry IP diberi keleluasaan membangun sistem, bukan sekadar ditugasi menggenjot fisik atau memoles teknik semata.

Kemunduran Kim Astrup/Anders Rasmussen dari singgasana, turun ke posisi kedua setelah kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik di semifinal Malaysia Masters, membuka ruang bagi Malaysia untuk merajai kembali sektor ganda putra. Ini adalah puncak dari proses panjang, bukan kejutan sesaat. Hal yang menarik, bukan hanya Goh/Izzuddin yang menanjak. Pasangan Aaron/Soh, yang juga diasuh Herry IP, kini duduk di posisi ketiga dunia. Ini menandakan regenerasi yang sehat dan kompetitif dalam tubuh tim ganda Malaysia.

Sementara itu, Indonesia justru belum menunjukkan pola regenerasi ganda putra yang kokoh. Di balik nama besar Fajar/Rian, belum terlihat pasangan muda yang mampu memberikan tekanan atau tampil konsisten di level Super 500 ke atas. Masalahnya bukan sekadar teknis atau fisik. Ada krisis filosofi dalam pengelolaan pelatnas. Ketika Herry IP dipinggirkan dari Cipayung, seolah ikut terkubur pula sistem kerja berbasis kedisiplinan, komunikasi terbuka, dan pendekatan humanistik yang selama ini ia pegang.

Ini menjadi pelajaran penting bagi PBSI. Dalam olahraga modern, loyalitas dan prestasi harus dihargai dengan sistem yang terbuka terhadap evaluasi, bukan dominasi kelompok-kelompok tertentu yang lebih banyak mengurusi politik internal ketimbang mutu atlet.

Malaysia menunjukkan kepada dunia bahwa keberhasilan bisa diraih dengan sinergi, keterbukaan terhadap ilmu dari luar, dan keberanian menata ulang sistem pelatihan. Keputusan mereka mendatangkan Herry IP adalah keputusan strategis yang kini terbukti membuahkan hasil besar.

Bagi Indonesia, ini saatnya untuk berkaca dan menata ulang strategi ganda putra. Bukan hanya dengan mengganti pelatih atau atlet, tetapi membangun kembali ekosistem yang memuliakan ilmu, pengalaman, dan integritas pelatih seperti yang pernah ditunjukkan oleh Herry IP.

Pasangan Goh/Izzuddin menjadi simbol bahwa sistem yang benar akan melahirkan prestasi yang konsisten. Mereka bukan hanya menjadi juara di atas lapangan, tetapi juga representasi keberhasilan manajemen dan kepelatihan yang menyatu dalam visi bersama. Kini, tinggal bagaimana Indonesia menjawab tantangan ini. Apakah akan terus membiarkan kebuntuan berlanjut, atau mulai merajut kembali masa depan ganda putra dengan lebih rasional dan profesional? Sebab dalam dunia olahraga, prestasi bukan hanya soal siapa yang bermain, tetapi siapa yang memimpin di balik layar.

Pada tahun 2025, olahraga angkat besi menyaksikan sejumlah prestasi luar biasa dari para atlet dunia.

Salah satu pencapaian terbesar datang dari lifter asal Indonesia, Rahmat Erwin Abdullah. Di Kejuaraan Angkat Besi Asia (AWC) 2025 yang berlangsung di Jiangshan, Tiongkok, Rahmat tampil dominan dengan meraih tiga medali emas dan memecahkan rekor dunia di kelas 73 kg putra. Ia berhasil mengangkat total 344 kg (snatch 154 kg, clean and jerk 190 kg), mengukir sejarah baru dalam dunia angkat besi .2

Selain Rahmat, atlet muda asal Iran, Hossein Yazdani, juga mencuri perhatian di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja dan Junior 2025 yang berlangsung di Lima, Peru. Hossein meraih medali emas di kategori +102 kg putra usia muda dengan total angkatan 334 kg (snatch 144 kg, clean and jerk 190 kg), menunjukkan potensi besar di masa depan .

Di Eropa, lifter Norwegia, Solfrid Koanda, terus menunjukkan dominasinya. Setelah meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024, Koanda kembali menambah koleksi prestasinya dengan memenangkan Kejuaraan Angkat Besi Norwegia 2025, mempertahankan gelarnya sebagai juara nasional dan menunjukkan konsistensinya di level internasional .

Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2025 yang berlangsung di Sunnfjord, Norwegia, juga menjadi ajang bagi para atlet top dunia untuk bersaing memperebutkan gelar juara dunia. Dengan lebih dari 600 atlet dari 100 negara, kejuaraan ini menampilkan persaingan ketat di berbagai kelas berat dan menjadi sorotan utama dalam kalender olahraga internasional tahun ini .

Secara keseluruhan, tahun 2025 menjadi tahun yang penuh prestasi bagi olahraga angkat besi, dengan para atlet dari berbagai negara menunjukkan kemampuan luar biasa dan menetapkan standar baru dalam olahraga ini.